Surat Ali Imran Ayat 134 Beserta Artinya

Daftar Isi > Ali 'Imran > Ali 'Imran 134

Surat Ali 'Imran Ayat 134

ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِى ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلْكَٰظِمِينَ ٱلْغَيْظَ وَٱلْعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِ ۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلْمُحْسِنِينَ

Arab-Latin: Allażīna yunfiqụna fis-sarrā`i waḍ-ḍarrā`i wal-kāẓimīnal-gaiẓa wal-'āfīna 'anin-nās, wallāhu yuḥibbul-muḥsinīn

Artinya: (ialah) cucu adam-individu nan menafkahkan (hartanya), baik di tahun lapang maupun sempit, dan orang-cucu adam yang menghambat amarahnya dan memaafkan (kesalahan) anak adam. Allah menyukai anak adam-orang yang berbuat kebajikan.

« Ali 'Imran 133 ✵ Ali 'Imran 135 »

Percuma! Dapatkan pahala jariyah dan ki akal Kronologi Rezeki Berlimpah, klik di sini kerjakan detailnya

Tafsir Surat Ali 'Imran Ayat 134 (Terjemah Arti)

Paragraf di atas yaitu Surat Ali 'Imran Ayat 134 dengan text arab, latin dan artinya. Terdapat varietas penjabaran dari para pakar tafsir akan halnya nafkah kopi Ali 'Imran ayat 134, sebagiannya sama dengan termaktub:

Kata tambahan Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

Orang-orang yang menginfakkan harta mereka dalam kejadian mudah dan rumpil, dan basyar-orang yang menghalangi apa yang ada dalam diri mereka konkret amarah dengan cara bersabar, dan apa bila mereka mampu memaafkan orang yang menzolimi mereka, dan ini yaitu kepentingan yang Allah cintai pemiliknya.


Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Kata keterangan Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Liar)

134. Orang-individu yang bertakwa ialah orang-orang yang membelanjakan hartanya di jalan Yang mahakuasa intern keadaan mudah maupun runyam, yang membancang amarahnya meskipun sebenarnya mampu melampiaskannya, dan nan memaafkan bani adam yang mengamalkan zalim kepadanya. Dan Allah menyukai orang-manusia nan melakukan baik nan mempunyai perangai sejenis itu.


Kata tambahan Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah penapisan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas Islam Madinah

134-135. Resan turunan yang bertakwa merupakan senantiasa menginfakkan hartanya baik itu di saat kaya maupun susah, menyergap kemarahannya dengan bersabar, dan memaafkan orang yang bersalah terhadapnya. Sang pencipta memanjakan orang-orang yang baik intern berinteraksi, memohon ampunan kepada-Nya takdirnya berbuat dosa mungil atau besar, dan yakin tak terserah yang dapat mengampuni dosa melainkan Halikuljabbar, serta lain terus menerus melakukan kemaksiatannya, mereka mengetahui betapa buruknya kemaksiatan, sahaja jika mereka bertaubat niscaya Allah akan menerima taubat mereka.


Prodeo! Dapatkan pahala jariyah dan gerendel Urut-urutan Rezeki Mampu, klik di sini untuk detailnya

Zubdatut Kata keterangan Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris kata tambahan Universitas Selam Madinah

134. الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِى السَّرَّآءِ ((yakni) khalayak-turunan yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang)
Yakni kerumahtanggaan keadaan lapang dan berada.

وَالضَّرَّآءِ (atau sempit)
Adalah internal peristiwa susah dan miskin.

وَالْكٰظِمِينَ الْغَيْظَ (dan orang-orang yang menahan amarahnya)
Yakni nan menyembunyikan kemarahan mereka dan menahannya kerumahtanggaan hati mereka, sehingga tidak mengamalkan zalim kepada seorangpun sebab repetan mereka.
Dikatakan (كظم غيظه) apabila ia mendiamkannya dan tidak memperlihatkannya.

وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ (dan memaafkan (kesalahan) orang)
Ialah tidak membalas kesalahan nan dilakukan orang bukan kepada mereka sementara itu beliau berhak bikin mendapat balasan. Dan ini apabila mereka sebenarnya berada cak bagi menjajari.

وَاللهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (Yang mahakuasa mengesir orang-orang yang mengamalkan dedikasi)
Yakni dengan memberi ampunan dan perbuatan baik lainnya.


Li Yaddabbaru Ayatih / Markaz Tadabbur di radiks penapisan Syaikh Prof. Dr. Umar bin Abdullah al-Muqbil, professor fakultas syari'ah Perguruan tinggi Qashim - Saudi Arabia

1 ). Manasik haji itu bagaikan sebuah lahan taqwa yang luas : di dalamnya ada anjuran infaq dan sedekah, melatih pengontrolan diri, dan peluang yang besar cak bagi tukar memberi ampunan, dan berbuat baik kepada semua umat individu, perhatikan firman Allah : { أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ , الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ } "Allah menyiapkannya buat orang-manusia nan bertaqwa , (ialah) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di tahun lapang maupun sempit, dan makhluk-orang yang mencegat amarahnya dan memaafkan (kesalahan) makhluk. Allah menaksir orang-insan yang melakukan darmabakti".

2 ). Dalam penjelasan kebiasaan-aturan bani adam bertaqwa, yang mereka adalah orang-khalayak nan dijanjikan surga maka itu Sang pencipta , ayat ini dimulai dengan : { الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ } "(yakni) khalayak-orang nan menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit", dan sejatinya kalimat yang lebih terdahulu bagi mengawali ayat ini ialah perkara pergi kemaksiatan seperti mana yang sekali lagi disebutkan dalam ayat ini, atau dengan menjelaskan mengenai amalan nan mulia yaitu shalat, dan hikmahnya adalah tatkala Allah menjelaskan larangan-Nya gado harta riba sreg ayat sebelumnya melalui firman-Nya : { يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَأْكُلُوا الرِّبَا أَضْعَافًا مُضَاعَفَةً } "Hai orang-basyar yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda" , Yang mahakuasa kemudian menamakan lawan katanya puas ayat lebih jauh dengan (adalah p versus kata dari riba) yakni infaq : { يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ }.

3 ). Alkisah, suatu ketika seseorang vertamu di rumah Maimun bin Mahram, dengan sesegera mungkin pembantu nan bekerja di rumah sira datang menyervis Maimun dan tamunya merinaikan semangkuk gulai, menginjak-tiba kakinya terlulur dan kuah gulai itupun tumpah menyiram tubuh Maimun sampai basah.

Dengan gerakan serempak, Maimun hendak memukulnya, doang pembantunya segera mengingatkan Maimun, seraya berkata, "Wahai Tuanku, sampai sejauh mana engkau melaksanakan firman Allah Swt. yang berbunyi : { وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ } "... dan orang-basyar nan mengekang amarahnya.".
"Itu sudah kulaksanakan," jawab Maimun.

Kemudian pembantunya itu berkata pula, "Bagaimana dengan ayat berikutnya : { وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ } "...dan bermaaf-maafan kesalahan bani adam lain".
"Ya, sekarang kumaafkan kekhilafanmu itu" sebut Maimun.
Tetapi, pembantunya itu kembali bersuara, melanjutkan ayat tersebut : { وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ } "Sesungguhnya Yang mahakuasa mencintai anak adam-bani adam nan melakukan kekuatan".

Atas keadaan sebagaimana itu, akhirnya Maimun berbicara, "Kini aku berbuat baik kepadamu, dengan membedakan (memerdekakanmu) dirimu, sahaja hanya karena Allah Swt."

4 ). { وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ } ""...dan ampun-mengampuni kesalahan orang enggak" Dan enggak saja kepada kaum muslimin, dan diantara perkelahian yang minimal cepat dirasakan oleh orang nan memberi absolusi merupakan kesenangan dan kelezatan serta keselamatan hati, Ibrahim عليه السلام tidak sekalipun pernah mewiridkan problem kepada sosok lain, dan Sang pencipta mutakadim bersaksi untuknya : { إِذْ جَاءَ رَبَّهُ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ } "(lngatlah) ketika beliau (Ibrahim) datang kepada Tuhannya dengan hati yang safi" [ash-shaffat : 84], juga Nabi kita Muhammad tidak interelasi mengharap balas dendam atas kesalahan hamba allah lain, dan Allah mensucikan dirinyab : { وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ } "Dan sepantasnya dia tekun berbudi pekerti yang agung" [al-grip : 4].


Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan kata keterangan negeri Suriah

134 Di antara contoh sifat orang nan bertakwa yakni orang-hamba allah yang menafkahkan hartanya buat berburu ridho Allah, dan insan-hamba allah nan hadang amarahnya dengan bersabar sesuai kemampuan mereka untuk menampakkannya. Sehingga lain cak semau suatu sekali lagi yang terzalimi.. Yang mahakuasa menyukai anak adam-turunan nan mengamalkan kebajikan.


Gratis! Dapatkan pahala jariyah dan buku Jalan Ki gua garba Berlimpah, klik di sini bagi detailnya

Tafsir Ash-Shaghir / Fayiz kacang Sayyaf As-Sariih, dimuraja'ah oleh Syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-'Awaji, professor adverbia Univ Islam Madinah

(yaitu) turunan-cucu adam yang comar berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit} waktu mudah dan waktu susah {orang-makhluk yang mengendalikan kemurkaannya} orang-orang nan menahan amarahnya keluar meskipun dan dapat mengendalikannya {dan insan-insan yang memaafkan sosok lain} basyar-orang yang membiarkan turunan-orang yang menzaliminya dan pantas mendapatkan hukuman {Tuhan mencintai orang-basyar yang mengerjakan kebaikan


Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H

134. Kemudian Allah menjelaskan tentang sipat-sipat makhluk yang bertakwa dan kelakuan-perbuatan mereka sekali lalu berkata, "ialah orang-anak adam yang menafkahkan hartanya, baik di waktu lapang alias sempit, "ialah, pron bila kondisi mereka saat selit belit ataupun kondisi mereka sedang lapang. Bila mereka sedang lapang, maka mereka akan mempernanyak infak, dan bila mereka sedang kesulitan, maka mereka tidak menganggap lebihlebihan suatu keefektifan walau hanya kurang saja.
"Dan manusia-sosok menahan amarahnya, "ialah, bila terjadi berusul orang bukan tindakan yang menyakitkan terhadapnyayang menimbulkan kicauan yaitu hati nan oenuh dengan kedongkalan yang akan menimbulkan balas keirian dengan perkataan maupun perbuatan.Mereka itu tidaklah bertindak menurut tabiat kemanusiaanya, akan saja mereka hadang apa yang ada di relung hati mereka di sebabkan kemarahan, dan menghadapi orang nan melakukan jelek kepadanya itu dengan toleransi.
"Dam memaafkan kesalahan bani adam."tercatat dalam tindakan mengampuni orang adalah memaaafkan segala hal yang terjadidari individu nan telah melakukan jelek kepada kita dengan perkataan ataupun ragam.Memaafkan itu sekedar lebih baik dari pada menhahn amarah, karena memaafkan itu tindakan menjauhi balas kemuakan di sertai dengan tulang beragangan kelapang dadaan terhadap individu yang mengerjakan jelek.itu cuma dapat terjadi pada orang-orang nan menghiasi dirinyadengan ahklak yang terpuji dan jauh daru tata susila yang tercacat, dan dari orang-orang nan bertransaksi dengan Allah dan memaafkan hamba-hamba Halikuljabbar merupakan kasih sayang terhadap mereka dan tindakan baik terhadap mereka, benci dari keburukan yang menimpa merekaagar Allah mengampuni dirinya sehinggga dia mendapatkan pahala di sebelah Allah yang maha mulia, dan bukan berusul hamba yang miskin, sebagaiman Tuhan bersuara,
"maka barang bisa jadi mengampuni dan mengamalkan baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah."
(Asy-Syuara:40)
Kemudian Almalik mengistilahkan kondisi yang kian masyarakat daripada yang lainya dan lebih baik, makin tinggi dan lebih utama, yaitu mengamalkan kepentingan Yang mahakuasa bersuara, "Allah menyukai orang –bani adam yang mengamalkan kemustajaban." Kekuatan itu cak semau dua macam: berbuat baik plong perkara ibadah kepada sang pencipta dan berbuat baik kepada para mahluk.
Dan ihsan kepada perkara ibadah kepada sang pencipta telah di tafsirkan oleh Utusan tuhan dengan sadbanya, "Engkau menyembah Allah seaka-akan engakau melihatNya, dan bila ia enggak melihatnya, maka sesungguhnya sira melihatmu."
Tentang melakukan baik kepada para manusia yaitu menerimakan keefektifan yang bersipat agama atau duniawi kepada mereka sehingga termasuk kerumahtanggaan kategori itu adalah memerintahkan mereka kepada yang ma'rup dan melarang mereka berbunga yang mungkar, mengajarkan individu yang bodoh di antara mereka, menasehati masyarakat umum maupun khusus, berusaha mengesakan kalimat mereka, mengempoh barang apa keberagaman sedekah, infak yang perlu maupun yang Sunnah kepada mereka dengan perbedaan beraneka ragam kondisi dan kepribadian mereka. Teragendakan juga dalam hal itu adalah mengerahkan kedermawanan hati, mendorong komplikasi dan bersabar atas ganguan, sebagaimana Halikuljabbar menjelaskan sipat-alit anak adam-orang nan bertakwa kerumahtanggaan ayat ini.
Maka barangsiapa yang melaksanakan perkara-perkara tersebut, ia telah menegakkan hak-hak Allah dan hak-hak hambaNya. kemudian Tuhan menamakan adapun alasan mereka kepada Tuhan mereka berasal kejahatan dan dosa-dosa mereka, seraya berbicara,


An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi

Akta Ali 'Imran ayat 134: Yang menderma di tahun senang dan telah, dan menahan murka, dan memaafkan basyar; dan Tuhan itu kasih kepada mereka yang berbuat kebajikan.


Cuma-cuma! Dapatkan pahala jariyah dan kiat Perkembangan Rezeki Berlambak, klik di sini lakukan detailnya

Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I

Merupakan saat mereka lapang, mereka banyak berinfak, doang ketika jarang mereka tidak meremehkan perkara ma'ruf meskipun boncel.

Padahal mampu melampiaskan amarahnya dan bersabar berpokok mengembari orang yang berbuat buruk kepada mereka.

Dengan lain membalas.

Buat dapat mengarifi ayat ini kami bawakan kisah berikut –sungkap apakah kisah ini lazim atau tidak- hanya doang kita boleh mengambilnya sebagai les. Narasi ini disebutkan intern kitab Minhajul Muslim ketika menjernihkan akan halnya ihsan:

Tinggal seorang pemimpin ikatan dibuat marah oleh budaknya, majikannya kembali berang dan hendak menghukumnya, maka budaknya membacakan ayat, "Wal kaazhimiinal ghaizh" (Dan orang-insan nan menahan marahnya), maka majikannya berkata, "Ya, saya resistan marah saya." Budaknya membacakan ayat pula, "Wal 'aafiina 'anin naas" (serta mengampuni orang tidak), maka majikannya berkata, "Ya, anda saya maafkan." Budaknya lalu membacakan sekali lagi, "Wallahu yuhibbul muhsininiin" (Dan Allah menyayangi orang-cucu adam yang melakukan ihsan), maka majikannya berfirman, "Mutakadim memencilkan sana, sira merdeka karena Allah Ta'ala."

Inilah transendental membendung marah, memaafkan orang tak dan berbuat ihsan.

Ihsan terbagi menjadi dua:

Ihsan intern beribadah.
Ihsan privat beribadah ditafsirkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam sabdanya, yaitu, "Kamu beribadah kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya. Jikalau kamu tidak merasa melihat-Nya, maka sesungguhnya Engkau melihatmu." (HR. Mukminat)

2. Ihsan kepada makhluk

Sedangkan ihsan kepada makhluk yakni menerimakan fungsi baik yang bersifat agama maupun marcapada kepada makhluk serta menghindarkan kelainan dari mereka. Termasuk ke dalamnya beramr ma'ruf dan bernahi munkar, mengajarkan anak adam nan lain tahu, menasehati orang yang lalai, memberikan sikap nasihat (ceria) kepada manusia secara publik atau khusus, berusaha mengesakan mereka, memberikan sedekah dan nafkah yang teradat ataupun sunat sesuai hal mereka dan sifatnya, memasrahkan kedermawanan, menghindarkan gangguan dan siap menggalas gangguan yang menyakitkan.


Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI / Surat Ali 'Imran Ayat 134

Mereka adalah orang yang terus-menerus berinfak di urut-urutan Sang pencipta, baik di waktu lapang, mempunyai kurnia harta pasca- kebutuhannya terpenuhi, maupun sempit, ialah lain n kepunyaan keefektifan, dan orangorang yang menghalangi amarahnya akibat faktor apa sekali lagi nan mengail kemarahan dan memaafkan kesalahan orang tidak. Dan akan lampau terpuji bani adam nan ki berjebah berbuat baik terhadap individu yang perikatan melakukan riuk atau bengis kepadanya, karena Allah mencintai, melimpahkan rahmat-Nya tiada henti kepada insan yang berbuat kebaikan. Pesan-pesan yang mirip dengan kandungan ayat ini disampaikan pula melalui surah an-nahl/16: 126; asy-syura'/42: 40 dan 43setelah Allah menguraikan sikap penghuni surga saat menghadapi khalayak tidak, maka kamu menjelaskan sikap mereka terhadap diri sendiri. Mereka adalah khalayak-individu yang apabila mengamalkan perbuatan buas, yaitu dosa samudra nan akibatnya tidak hanya menimpa diri koteng sahaja juga insan tidak, sama dengan zina, pembantaian, dan riba, atau menzalimi diri sendiri dalam rencana pelanggaran apa pun yang akibatnya hanya sreg pelaku saja, baik dosa tersebut dilakukan dengan sengaja atau tidak, maka taajul mengingat Allah dan bertobat, tinggal memohon abolisi atas dosa-dosanya. Alangkah Allah maha pengampun, dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Tuhan' dan sesudah bertobat mereka lain menyinambungkan atau mengulangi perbuatan dosa itu, sedang mereka mencerna dan menyadari akibat buruk dari ulah dosa dan menyadarkan mereka untuk segera bertobat.


GRATIS! Dapatkan pahala jariyah dan kiat Perkembangan Lambung Ki berjebah, klik di sini buat detailnya

Itulah beragam penafsiran berpokok berbagai mufassir mengenai isi dan arti surat Ali 'Imran ayat 134 (arab-latin dan artinya), agar-agar membawa manfaat kerjakan kita bersama. Support dakwah kami dengan membagi link ke halaman ini alias ke halaman depan TafsirWeb.com.

Surat Ali Imran Ayat 134 Beserta Artinya,

Source: https://tafsirweb.com/1266-surat-ali-imran-ayat-134.html

Posted by: colemanmarierhat.blogspot.com

0 Response to "Surat Ali Imran Ayat 134 Beserta Artinya"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel